Powered By Blogger

Senin, 12 Juli 2010

Universitas Hamburger atau Kupat Tahu ?


Setelah sebelumnya saya menulis tentang Bandrek dan Champagne dan kuliner tradisional lokal kita pada masa kolonialisme, rasanya seru juga untuk membahas tentang kuliner kita pada masa globalisasi ini. Iseng2 berpikir tentang makanan kaum muda sekarang maka tak jauh-jauh otak saya langsung menuntun pada simbol "M" besar berwarna kuning dan hampir ada dimana-mana, yup benar sekali jika anda berpikir itu adalam McDonald's.

Oak Brook, Illinois, Amerika Serikat adalah kantor pusat McDonald’s, sebuah usaha waralaba (franchise) yang bergerak di penjualan hamburger yang restorannya kini tersebar dimana-mana termasuk di Indonesia. Mungkin sedikit dari kita yang mengetahun bahwa McDonald’s memiliki tema pokok bahwa McDonald’s tidak hanya membuat makanan, tetapi juga “mencetak manusia”, tidak hanya membuat hamburger, tetapi kebudayaan, tidak hanya perihal perut, tatapi juga tentang gaya hidup. Sama seperti "mbah" Lévi Strauss yang mendunia dengan memproduksi blue jeans di seluruh dunia, yang terjadi pada kuliner dan kebudayaan pada masa globalisasi ini adalah proses produksi yang mengikuti desain kebudayaan berupa standarisasi dalam skala global. Ray A. Kroc (1903-1984) pelopor dan penggagas McDonald’s, bukan hanya menciptakan hamburger lezat, namun hal tersebut adalah awal dari standardisasi konsumen dan budaya generasi muda. Restoran McDonald's yang mungkin saja ada di sekitar tempat tinggal kita itu dirintis pada tahun 1955 ketika Kroc mulai menciptakan sistem waralaba dari restoran kecil di Des Plaines, pinggiran Chicago. Yang menarik dari restoran waralaba ini adalah McDonald’s juga memiliki Universitas Hamburger (Hamburger University) di Oak Brook, sebuah universitas yang memahami sekali bahwa sesungguhnya bukan makanan yang mereka proses, tetapi konsumen. Yang distandardisasi bukan jenis makanannya, tetapi konsumennya. Maknyossss..!!!!

Saya lantas berpikir, apakah kita yang rutin menikmati tayangan wisata kuliner di salah satu televisi swasta nasional pernah "ngeh" tentang cara-cara McDonald's menjalankan politik makanannya melalui Universitas Hamburger ini..? jangan-jangan kita hanya "doyan" nongkrong di depan televisi setiap tengah hari karena secara tidak langsung, gambaran visual makanan-makanan khas Indonesia yang menggiurkan ditambah dengan mimik Pak Bondan yang berulang kali bilang "Mak Nyoss, Top Markotop, atau Finger Licking Good" itu setidaknya bisa merubah sepiring nasi putih, sepotong tahu, sepotong tempe, dan kecap yang kita nikmati siang itu bisa seketika berubah rasa menjadi sepiring besar Rendang Daging asal Sumatera Barat atau Ayam Bakar Taliwang asal Lombok. Lantas terbuai dan tak pernah berpikir tentang bagaimana caranya restoran McDonald's di dekat rumah kita itu bisa begitu terkenal dan pembelinya rela antri untuk mencicipi potongan roti isi, ditambah saos sambel, sepotong selada, seiris tomat plus segelas minuman ringan yang bisa bikin kembung penderita maag. Dan usut punya usut, ternyata Universitas Hamburger itulah yang menjadi alasan kenapa kita merasa gaya dan begengsi ketika makan di McDonald's ketimbang makan Kupat Tahu di depan kostan. Padahal soal rasa, jangan minder dulu dengan kupat tahu, saya rasa saos kacang kupat tahu punya rasa yang lebih pas dilidah kita sebagai orang Indonesia ketimbang mayonaise yang terselip dalam potongan roti hamburger.

Sekarang pertanyaannya adalah, apa yang bisa dilakukan "H"ubungan "I"nternasional untuk merespon ini daya dobrak McDonald's dengan Universitas Hamburgernya..?? Tentu saja yang tahu caranya adalah kita sebagai pelajar ataupun mahasiswa Hubungan Internasional. Apakah akan membiarkan Kupat Tahu tadi hanya bisa dinikmati para mahasiswa bercelana pendek bersandal jepit setiap pagi di depan kostan, atauu sudah saatnya para nona nona muda dan tuan tuan kaya rela berlama-lama mengantri untuk mendapatkan sepiring kupat tahu di sudut sibuk kota Tokyo, London, Paris, bahkan New York....
Semoga Saja....

(Diolah dari berbagai sumber)

1 komentar:

  1. salam kenal.
    saya pencinta drama korea. satu hal yg saya tau ttg drama korea adalah, betepa mereka selalu mencantumkan makanan khas mereka dalam setiap adegan. seperti kimci, pasti disetiap drama korea selalu ada adegan mereka makan dengan kimci. atau adegan jajan dipinggir jalan sambil mengiklankan makanan khas mereka. berbeda dengan di sinetron kita. jarang sekali ada yang memperlihatkan makanan atau jajanan sehari2 ke pemirsa. padahal banyak bgt jajan enak di Indonesia kaya Batagor, Empek2, sate, Kadedok (salad SundA) COMBRO, sampe cilok.

    BalasHapus